TEMPO.CO, Jakarta – Kondisi keuangan sejumlah BUMN Karya sedang tidak sehat. Kementerian BUMN menyebut beberapa penyebabnya adalah kontrak baru dan penjualan di perusahaan pelat perah yang masih terdampak Covid-19.
"Kondisi saat ini cukup memprihatinkan," kata Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat bersama Komisi BUMN DPR membahas Penanaman Modal Negara (PMN) 2020 di Jakarta, Kamis, 8 Juli 2021.
Penyebab lain yaitu penugasan untuk mereka yang sangat berat, tapi tidak didukung PMN yang memadai. "Karena 2017 2016 hampir tidak ada PMN untuk BUMN Karya, yang menanggung proyek strategis nasional."
Kartika kemudian merinci kondisi enam BUMN Karya, berikut penjelasannya:
1. Perumnas
Keuangan Perumnas kini mendapat status sangat tidak sehat dari kementerian.
Menurut Kartika, Perumnas saat ini mengalami penurunan pendapatan yang sangat signifikan.
Sebab, penjualan rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melambat. Sementara inventory perusahaan sangat besar. Akibatnya, rasio utang meningkat dan harus restrukrusiasi.
Penurunan pendapatan: -27,25 persen
Rasio utang terhadap ekuitas: 4,44 kali
Rasio utang terhadap EBITDA: -22,69 kali
Aset: Rp 8,1 triliun
Total utang keuangan: Rp 4,6 triliun
2. Waskita Karya
Seperti Perumnas, keuangan Waskita Karya juga dinilai sangat tidak sehat. Pasalnya, perusahaan harus mengambil alih tol-tol swasta yang tidak selesai dalam 3 tahun terakhir.
Sehingga, perusahaan punya utang Rp 50 triliun dan obligasi Rp 20 triliun. Untuk itu, opsi restrukturisasi juga akan dilakukan.
Selain itu, pemerintah menyiapkan dua opsi tambahan. Salah satunya Rp 15 triliun untuk penjaminan penyelesaian proyek. Selanjutnya Rp 7,9 triliun untuk memperkuat modal.
Penurunan pendapatan: -48,42 persen
Rasio utang terhadap ekuitas: 3,92 kali
Rasio utang terhadap EBITDA: -17,28 kali
Aset: Rp 105 triliun
Total utang keuangan: Rp 64,9 triliun